Kamis, 28 Maret 2013

Proses Mudah dan Murah Kini Mulai dari Saudagar Kelapa sampai Tukang Parkir Sekolah Bisa Miliki Logam Mulia

Tak terasa sudah hampir dua tahun kami menempati rumah ini, lingkungannya islami, lokasinya strategis dekat dengan sekolah dan yang paling kusuka rumah kami hanya beberapa puluh meter saja dengan pasar. Maka tak heran bila tetangga mayoritas berstatus pedagang. Mulai jam 4 pagi kondisi sudah mulai ramai ada pedagang sayur yang sibuk menata dagangan. Mobil pick turunkan sayuran segar dari pedesaan. Pemandangan yang unik tersaji didepan mata.

Selepas solat shubuh, saya istri dan puteri kami yang berusia empat tahun rencanakan olahraga pagi. Tak sengaja saya berpas pasan dengan tetangga. Uda Salido namanya, bisa dibilang orang terpandang di perumahan kami. Saudagar Kelapa akrabnya disebut oleh para tetangga. Tak heran karena ia memiliki puluhan toko, meski ia hanya menjual buah kelapa dan turunannya seperti kelapa utuh, santan dan batok kelapa. Namun omset penjualannya sungguh luar biasa. Papan nama berwarna merah "Toko Salido" terpampang megah didepan toko terlihat jelas dari jalan besar menuju pasar. Toko Salido tersebar di seluruh kota Jakarta dan Bekasi. Pak Salido kini hanya monitor aktifitas tokonya dari jauh.

Namun pagi itu ia terlihat muram saya mencoba menyapanya dan mencoba mencari tahu apa yang menyebabkan ia muram.Ternyata ia sedang bingung mencari instrumen investasi yang tepat untuknya. Meski penghasilannya diatas rata rata pedagang yang lain namun namanya jiwa pedagang pasti inginkan penghasilannya berkembang biak. Guna masa depan anaknya kelak. Bagi perantauan pulau Sumatera ini perhitungannya bila berinvestasi pada deposito tidak menguntungkan karena bunga deposito semakin lama semakin kecil belum dipotong biaya administrasi setiap bulannya dan juga faktor inflasi. Saya mencoba beri saran setiap investasi selalu miliki dua sisi, kelebihan dan kekurangan saya sarankan untuk investasi logam mulia. Karena harga logam mulia di dunia setiap tahun kenaikannya rata rata mencapai 20%. Apabila mendesak logam mulia mudah dijual. Tak lupa saya ingatkan kekurangan investasi logam mulia ini adalah wajib miliki tempat penyimpanan yang aman. Sepertinya tetangga saya ini sangat tertarik mendengar penjelasan saya.


Disela obrolan hangat ini tiba tiba handphone penggemar rendang ini berdering. Sepertinya pembicaraannya serius karena ia mesti bergegas pergi ke toko yang berlokasi Bekasi dikarenakan salah satu mesin parutnya bermasalah hingga membuat proses pekerjaan terhambat. Dengan santun uda Salido mohon ijin meninggalkan saya. Tak terasa matahari sudah tinggi menandakan hari sudah siang. Saya pun bergegas pulang kerumah, mandi, sarapan kemudian bersiap berangkat kerja. Rutinitas kantor saya jalani seperti biasa.

Ketika jam makan siang saya mendapatkan sms dari mas Sapto, tetangga yang posisi rumahnya persis sebelah kiri saya. Memberitahukan bahwa ada pengajian dan ceramah selepas solat Isya di mesjid Al Choir dekat rumah. Saya pun segera membalas. Insya allah saya hadir tepat waktu. Kegiatan pengajian ini rutin kami lakukan seminggu sekali. Selain beribadah ke Allah Swt juga pererat tali silaturahmi antar para tetangga. Adzan Isya berkumandang saya bergegas menuju rumah Allah, saya melihat didalam masjid sudah berkumpul beberapa warga termasuk uda Salido, mas Sapto dan Kakek Zen mereka adalah tetangga terdekat saya.Kami pun melaksanakan salat Isya secara berjamaah. Selepas salat isya pengajian pun dimulai. Kebetulan selepas pengajian kali ini acara diteruskan dengan ceramah dengan mendatangkan ustadz dari Parung, Bogor.

Ceramahnya menarik karena mengulas penggunaan mata uang emas dan perak sejak jaman nabi Yusuf AS. Hal ini diperkuat dengan ayat Al Qur'an

 ”Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah yakni beberapa dirham saja, dan mereka tidak tertarik hatinya kepada Yusuf,” (Alquran, surat 12:20) 

Sejak saat itulah umat Islam menggunakan mata uang berupa emas dan perak untuk investasi dan perdagangan. Terbukti emas dan perak keunggulannya. Tanpa terasa ceramah pun diakhiri dengan membaca hamdallah.Saya melihat uda Salido tersenyum penuh makna mendengar ceramah dari ustadz tersebut. Setelah ceramah usai saya berniat beranjak pulang kerumah namun uda Salido menahan saya untuk berbincang di pelataran masjid bersama mas Sapto dan kakek Zen.

Rupanya sebelum saya datang ke mesjid Saudagar Kelapa ini menceritakan tentang investasi logam mulia. Apalagi sang ustadz pun berceramah menyinggung tentang dinar / logam mulia yang dikenal sebagai mata uang resmi umat muslim. Makin mantap pula mereka ingin dapat informasi lebih dari saya.

Kakek Zen, pensiunan pns departemen kesehatan tertarik mendengarnya karena selama ini ia dan istri hanya mengandalkan uang pensiunan dan mencari tambahan rejeki dengan membuka usaha service elektroniknya. Selama ini ia berinvestasi dengan membeli emas perhiasan berupa gelang kalung dan anting, bila kondisinya banyak order panggilan service untuk kulkas, televisi dan radio. Namun bila order sedang sepi Nenek Zen menjual kembali emas perhiasan. Namun menurut tetangga saya yang berasal dari Sumedang ini jual-beli emas perhiasan tak menguntungkan meski harga emas tersebut naik karena ada potongan biaya pembuatan perhiasan yang dikenakan ke pembeli. Belum lagi bila emas perhiasan itu bentuknya model lama pasti harganya makin turun saja keluh kakek Zen. Karena itu tetangga saya yang sudah berusia senja ini tertarik untuk investasi logam mulia karena di logam mulia harga jual dan beli tak dipotong dengan harga pembuatan seperti emas perhiasan.

Belum sempat saya berbicara mas Sapto pun bercerita panjang lebar tentang kisah hidupnya yang merangkak dari awal karena toko plastik yang dikembangkannya selama puluhan tahun habis terbakar. Sebenarnya mas Sapto berusaha bangkit kembali untuk buka toko plastik namun dikarenakan tergesa gesa akhirnya tetanggaku yang asli dari Yogya ini salah langkah karena meminjam modal oleh rentenir. Rumahnya yang telah jadi hak milik disita oleh rentenir karena sistem riba bunga berbunga. Kini mas Sapto kapok dengan rentenir dan tobat tak gunakan sistem riba karena juga bertentangan dengan hukum Islam. Mas Sapto terkenal jujur dan ulet karena itu ia direkrut oleh salah satu kepala sekolah SD Negeri sebagai tukang parkir meski pendapatannya dibandingkan dengan masa jaya sangat jauh sekali. Alhamdulillah rejeki halal untuk keluarga jawabnya.Kini mas Sapto tinggal dirumah kontrakkan posisinya pas depan rumah kami, ia miliki tiga anak balita, 2 anak lelaki dan si bungsu adalah perempuan. Beban kehidupannya semakin berat.

Namun mas Sapto pantas menjadi suri tauladan karena ia menjalaninya dengan ikhlas dan selalu bersyukur kepada ilahi atas segala kondisinya. Tak semua orang miliki mental tahan banting seperti mas Sapto. Dalam lubuk hati paling dalam mas Sapto ingin sekali berikan pendidikan setinggi tingginya bagi ketiga anaknya. Namun apa daya untuk sisihkan pendapatan untuk tabungan saja sulit. Saya potong pembicaraan mas Sapto dan mencoba berikan pencerahan. Sebenarnya mas Sapto bisa menabung namun apakah mas Sapto rela berkorban demi anak istri. Ya! jawabnya pasti.

Saya masih ingat saran dari salah satu ahli perencanaan keuangan. Bila pendapatan sulit untuk disisihkan tabungan cara kedua adalah dengan menekan pengeluaran. Saya melihat salah satu hobi buruk mas Sapto adalah merokok selain habiskan uang juga merugikan kesehatan. Saya tawarkan ke mas Sapto untuk berhenti merokok. "Bayangkan dalam sehari mas Sapto mampu habiskan satu bungkus rokok seharga Rp 10,000,- ,apabila mas Sapto berhenti dan berniat investasi logam mulia jalan masih terbuka lebar" jawab saya. Karena di BRI Syariah kredit kepemilikan logam mulia bisa diangsur hanya Rp 5,000,- perhari. Setengah dari pembelian rokok mas Sapto setiap hari.


Wajah mas Sapto terlihat sumringah seperti tak percaya apa yang saya katakan sebelumnya. Apabila masih tak percaya juga saya mengajak uda Salido, kakek Zen dan mas Sapto untuk datang ke acara #EvenBRIsik yang diselenggarakan oleh BRI Syariah serempak di 50 kota seluruh Indonesia. "Saya dapatkan info dari iklan Republika hari ini" jawab saya santai. "Alhamdulillah kota kami termasuk salah satu #EvenBRIsik yang berlokasi di Taman UT jalan Kol Soegiono Jakarta Timur #EvenBrisik itu digelar tak jauh dari rumah kami hanya butuh waktu 10 menit berjalan kaki" bicara saya sambil tunjuk lokasi Kami pun sepakat untuk janjian jam 7 pagi untuk datang ke #EvenBrisik agar mendapatkan informasi yang selengkap lengkapnya tentang kredit pemilikan logam mulia.

Pagi yang dinanti telah tiba, kami antusias datang ke booth BRI Syariah uda Salido, Kakek Zen dan Mas Sapto menyimak dengan sepenuh hati penjelasan dari petugas. Dengan sabar petugas menjelaskan bahwa BRI Syariah menganut sistem syariah. Syariah adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah). Terlihat semburat wajah bahagia para tetanggaku mendengar penjelasan tadi. Tak butuh waktu lama mereka sepakat buka tabungan BRI Syariah. Mereka takjub dengan hanya Rp 50.000,- sudah bisa miliki tabungan BRI Syariah. "BRI Syariah ini murah, mudah, cepat prosesnya dan banyak faedahnya" canda uda Salido. Tak lupa mereka juga antusias berniat mengambil kredit pemilikan logam mulia. Tentu sesuai dengan kemampuan bayar masing masing. Alhamdulillah BRI Syariah mempermudah prosesnya. Mulai dari saudagar kelapa, pensiunan pns sampai tukang parkir sekolah bisa miliki logam mulia. Kini semua orang bisa miliki logam mulia tak peduli berapa penghasilannya asal ada kemauan disitu ada jalan.