Sabtu, 30 April 2011

Adam Levine antara Lampu Merah dan Infra Merah

Hari Selasa sore saya tergelitik melihat postingan twit dari Adam Levine, vokalis Maroon 5 yang baru tiba dari Bandara Soekarno Hatta tuk Konser di Jakarta

Berikut petikannya :

@adamlevine: Traffic in Jakarta is the worst! Right?

Banyak sekali yang me-ReTweet / RT, beri komentar yang dari serius sampai aneh dan bikin terpingkal pingkal. Sebenarnya ini adalah tamparan keras bagi kita sebagai warga negara dan pemerintah Indonesia. Lalu lintas adalah salah satu cermin yang dapat dilihat apakah budaya disiplin dan tertib pada aturan lalu lintas dapat diterapkan.


Pada kenyataannya lalu lintas di Indonesia terutama Jakarta memang sangat buruk. Pertambahan jumlah mobil dan motor tak berjalan seiringan dengan pertambahan ruas jalan atau menambah rute jalan yang baru. Bertambah buruk dengan pembangunan mall di pusat kota dan parkir kendaraan tak pada tempatnya. Kehadiran lampu merah beserta alat penghitung mundur pun tak efektif karena terkadang pada kondisi real time arus yang sangat padat hanya diberi 'jatah' waktu untuk lampu hijau sangat singkat.



Sedangkan disisi lain untuk arus yang berlawanan yang dimana sepi arus kendaraan malah diberi 'jatah' waktu hijau yang lama. Alhasil tak sedikit banyak yang serobot lampu merah baik kendaraan mobil roda dua ataupun roda empat. Hal ini yang membuat
kondisi lalu lintas semakin hari menjadi semakin semrawut. Kali ini saya sebagai pengguna sekaligus pengamat amatiran lalu lintas ibukota Jakarta mencoba berikan
solusi melalui 'smart computing'. Teknologi cerdas yang diyakini mampu sedikit demi sedikit mengurai kemacetan di kota yang termasuk lima besar kota berpolusi buruk ini.

Salah satu yang berperan andil dalam kemacetan adalah perempatan lampu merah meski kini lampu merah di ibukota telah diberi alat penghitung mundur namun dikarenakan penghitungannya diprogram di awal sehingga dengan kejadian real di lapangan sangat timpang.

Oleh karena itu disini sisi pendekatan mengurai kemacetan dengan menggunakan sinar infra merah yang di letakkan di sisi jalan untuk mendekti seberapa panjang antrian kendaraan. Dan juga bisa melalui program matematika yang sederhana. keputusan untuk berikan 'jatah' waktu yang berlebih bagi suatu jalur secara real time. Skala prioritas diberikan dilihat dari berapa besarnya point yang dicapai mulai dari titik awal stop line hingga kelipatan dua meter.

Melalui sensor ini diharapkan lampu merah juga berperan aktif dalam mengambil keputusan sendiri untuk mengurai kemacetan yang lebih panjang lagi. Demikian uraian singkat saya solusi menggunakan smart computing. Semoga hal ini secara real juga dapat membuka mata hati para apatur pemerintahan untuk salah satu solusi untuk mengatasi problem yangs etiap hari disantap oleh para warga ibukota yaitu macet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar